KISAH RAJA DAN SANG MENTERI
Cerita hikmah ini aku peroleh dari seorang teman seperjuangan. Saat itu kami tengah berdiskusi ringan untuk melepas penat. Seperti biasa, masalah hidup selalu menjadi topik paling menarik untuk dikuliti. Setelah ngobrol panjang kali lebar, beliau menutup percakapan hari itu dengan sebuah kisah yang membuat aku merenungkan panjang
Hari ini, cerita itu akan kusampaikan padamu....
Dikisahkan suatu hari seorang Raja tengah mengupas kulit buah, tanpa disadari pisau tajam itu melukai tangan Yang Mulia Raja. Jarinya nyaris putus, darah mengalir deras. Pada situasi yang tidak mengenakkan itu dengan penuh keyakinan Sang Menteri mewajibkan: “ fiihi khair” . Padanya ada sebuah kebaikan. Tentu saja Raja Murka dibuatnya. Bagaimana mungkin, jari yang hampir putus punya hikmah kebaikan. Jelas-jelas itu kecelakaan. Tanpa pikir panjang Raja menjebloskan Menteri ke dalam penjara.
Pada hari berikutnya Raja melakukan perburuan. Berangkatlah Ia bersama beberapa pengawal menuju hutan. Tanpa disadari, ternyata perjalanan mereka sudah jauh dari wilayah istana. Petaka buruk mengintai. Mereka bertemu kawanan suku kanibal. Seluruh pengawal habis ditumpas. Kelompok suku hanya menyisakan Raja seorang. Melihat pakaian Raja yang paling mewah dan bagus di antara para prajuritnya, yakinlah mereka jika Raja bukanlah orang sembarangan, sehingga layak dipersembahkan kepada Dewa. Lalu mereka membawa Raja menemui dukun. Sang dukun memeriksa seluruh badan Raja. Hingga akhirnya melihat luka di jari tangan Raja. “Orang ini memiliki cacat di tubuhnya, jika kita tumbalkan maka Dewa akan marah pada kita” ujar dukun penuh kecewa.
Setelah dibiarkan bebas, Raja segera kembali istana dan menemui Menteri di penjara. Ia teringat ucapan Sang Menteri beberapa hari lampau. "Sungguh benar ucapanmu Menteri. Sekarang aku mengetahui hikmah dibalik jariku yang terluka. Mereka gagal menjadikanku tumbal. Andai saja aku berangkat dengan tubuh yang sehat lagi tanpa luka, entah bagaimana nasibku setelahnya" Sesal Sang Raja. Namun Raja kembali penasaran, kira-kira hikmah apa yang didapat Menteri dari dijebloskannya ia ke penjara. Menteri menjawab: "bilamana saya tidak di penjara, maka pastilah Yang Mulia mengajak saya berburu. Diantara seluruh prajurit. Pakaian kita yang paling mirip. Jika Yang Mulia gagal menjadi tumbal, maka saya yang paling memungkinan untuk menggantikan Yang Mulia sebagai persembahan untuk dewa mereka". Raja manggut-manggut. Benar juga. Dengan perasaan bersalah, Raja akhirnya membebaskannya dari penjara dan mengangkatnya kembali sebagai Perdana Menteri.
Kisah Raja dan Menteri sebenarnya sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Waktu kita lebih banyak di-investasikan merutuki tragedi buruk yang menimpa, alih-alih mengulik hikmah yang tersimpan dibaliknya. Maka tak jarang kita memandang hidup ini tidak ada seru-serunya. Hari-hari hanya dipenuhi keburukan. Padahal jika dipandang dengan kacamata kebaikan kita akan yakin. Bahwa di setiap derai air mata selalu Allah sisipkan senyum bahagia. Di tengah himpitan duka selamanya Allah bersamai dengan suka cita. Tak ada manusia yang sempurna. Namun di dalam ketidaksempurnaan itu Allah anugerahi kita hati dan akal, sehingga kita mampu meraba hal luar biasa yang acapkali tak kita sadari tengah bersemayam dalam diri dan kehidupan kita.
Terakhir. Aku ingin menutup sharing hari ini dengan ungkapan favorit yang aku peroleh dari buku Filsafat Kebahagiaan karya Pak Fahrudin Faiz. “Allah SWT menciptakan manusia untuk bahagia. Nah, jika kita tidak bahagia menjalani hidup, berarti kita sedang melecehkan Tuhan”
Komentar
Posting Komentar